MISTERI BATU GILANG
Perebutan
kekuasaan dan politik tidak hanya terjadi saat ini. Sebuah bukti
sejarah dari tahun 1587, mampu menerangkan hal tersebut. Batu Gilang,
yang dimuliakan di Ndalem, Kotagede, Purbayan. Katanya batu gilang ini
sebenarnya adalah singgasana Panembahan Senopati, Mataram. Hal itu
seperti dikatakan oleh abdi dalem Kraton Yogyakarta, padahal batu itu
adalah petilasan shalat Panembahan Senopati , Hastino Darwinto yang
mengabdi pada Kraton Yogyakarta sejak 1996.
“Awalnya dari penyerahan
Tanah Kemerdekaan, Alas Mentaok dari Ki Ageng Mangir III, …” Bp. Hastino
Darwinto, abdi dalem sejak 1996 mendapat kehormatan sebagai jurukunci
Batu
Gilang, mulai mengurai sejarah. Kala itu, 1569, Panembahan Senopati
mendapatkan tanah kekuasaan, warisan dari ayahnya, Ki Ageng Pemanahan,
Alas Mentaok. Namun seperti yang diketahui, wilayah tersebut sudah
terlebih dahulu berada di tangan Ki Ageng Mangir III, yang masih
mempunyai silsilah dari Kerajaan Majapahit. Panembahan Senopati kemudian
menyuruh Ki Ageng Mangir untuk menyerahkan daerah tersebut agar menjadi
tanah Mataram. Namun Ki Ageng Mangir III yang terkenal dengan pusakanya
–Tombak Baru Minting- menolak. Ki Ageng Mangir merasa lebih dulu
mempunyai hak atas wilayah tersebut dan ingin membangun kekuasaan
sendiri. /
Akibat dari sikap kukuh Ki Ageng Mangir itulah, akhir
hayat Ki Ageng dihantar melalui tragedi batu gilang yang berada di bawah
singgasana Panembahan Senopati, meski melalui jalan asmara terlebih
dahulu. Batu gilang itu tak lain adalah yang sekarang ini dijaganya
sebagai juru kunci Kraton Yogyakarta. Batu Gilang sekarang masih terawat
baik. karena sudah dimuliakan oleh Sultan H.B. VIII, bersamaan dengan
pembangunan Hasto Renggo (makam trah raja Mataram).
Anehnya, .seperti
diungkapkan oleh Tim Peneliti Lembaga Studi Jawa dalam bukunya “Kota
Gede” batu gilang di Kota Gede ini memuat ungkapan berbahasa asing dalam
empat bahasa (bahasa Latin : ITA MOVETUR MUNDUS, Perancis : AINSI VALE
MONDE, belanda : ZOOGAAT DE WERELD dan Italia : COSI VAN IL MONDE).
Ungkapan lain dalam bahasa Latin : AD AETERNAM MEMORIAM SORTIS INFELICIS
yang diterjemahkan : untuk memperingati nasib yang kurang baik. Dan
ungkapan : IN FORTUNA CONSURTES DIGNI VALETE, QUID STUPEARIS AINSI,
VIDETE IGNARI ET RIDETE, CONTEMITE VOS CONSTEMTU VERE DIGNI :
Dan In Gloriam Maximam (Untuk Kemuliaan yang sangat tinggi)
Sementara
itu di Desa Mangir sendiri juga dikenal legenda riwayat batu gilang.
Batu gilang ini menurut cerita penduduk, merupakan bukti sejarah tentang
keberadaan padepokan Ki Ageng Wanabaya. Sehingga ketika orang
menanyakan dimanakah letak padepokan Ki Ageng Wanabaya di mangir, orang
dapat mengetahui dengan menyaksikan batu gilang. Batu itu hitam,
berbentuk persegi empat berukuran kira-kira 1×1 m. Di atas batu gilang
ini ini dipercaya sebagai dhampar / singgasana. Subakri sebagai juru
kunci Batu Gilang tersebut menuturkan bahwa di tempat tersebut dahulu
pernah berdiri sebuah Keraton Mangir. “Petilasan tersebut sebagai bukti
tempat ini adalah rumah Ki Ageng Mangir” tambahnya.
Tetapi ada juga yang percaya sebagai tempat menyimpan pusaka. by hasnan habib kota depok
Judul: Misteri batu gilang
Ditulis Oleh Unknown
Jika mengutip harap berikan link yang menuju ke artikel Misteri batu gilang ini. Sesama blogger mari saling menghargai. Terima kasih atas perhatiannya
0 komentar:
Posting Komentar